Konseling Seksualitas (Pertemuan IPK – 13/01/16)

Pertemuan perdana IPK Jatim di tahun 2016 dibuka oleh Ibu Rr. Ivonne Y. S. S.Psi., M. Psi., Psikolog dengan tema ‘Kiat Melakukan Konseling Seksualitas terhadap Klien yang Bermasalah dengan Pasangannya’. 

Silahkan mengunduh materi Konseling Seksualitas. Semoga bermanfaat. (CE)

Workshop Photovoice

Di akhir tahun 2015, IPK Jatim kembali menghadirkan sebuah pelatihan yang berbeda, yaitu teknik Photovoice bagi para anggotanya. Dalam pelatihan ini, peserta memperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai pendekatan Photovoice dan disampaikan oleh Dr. Josephine Ratna, M. Psych., PhD.

Berikut terdapat beberapa bahan bacaan terkait dengan Photovoice. Semoga bermanfaat. (CE)

Evidence-Based Advocacy Using Photovoice to Identify Barriers and Facilitators to Community Participation After Spinal Cord Injury

Wang_(1997)

PHOTOVOICE Surabaya 17 December 2015

Dignity in Mental Health (Pertemuan IPK – 07/10/15)

Pertemuan rutin IPK Jatim di bulan Oktober 2015 membawa tema ‘Dignity in Mental Health’ yang merupakan tema Hari Kesehatan Jiwa 2015.

Dedi Prasetiawan, S. Psi., Psi membawakan topik mengenai ‘Rehabilitasi Psikososial‘, sementara Danang Baskoro M. Psi., Psi membawakan topik mengenai ‘Rehabilitasi ODGJ‘.

Semoga bermanfaat. (CE)

Meningkatkan Pemahaman dan Keterampilan Mengenai Pelecehan dan Kekerasan Seksual pada Anak

Pada tanggal 14-16 Agustus 2015, psikolog senior Ibu Woelan Handadari, M. Si., Psikolog bersama dengan Fahma Nur Rizky, S. Psi., memberikan materi yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan berbagai bentuk pelecehan dan kekerasan seksual pada anak dan apa yang dapat diajarkan pada anak untuk menghindarkan diri dari kekerasan seksual.

Materi dapat diunduh di sini.

Prevention of Postnatal Depression through Resilience and Optimism Workshop (Pertemuan IPK – 20/05/15)

Pada pertemuan bulan Mei, anggota IPK Jatim memperoleh kesempatan untuk belajar secara langsung dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Josephine Ratna, M. Psych., PhD (Candidate) sebagai bagian dari penyusunan disertasinya. Hasil penelitian Nasional tahun 2007 menunjukkan bahwa 11% dari seluruh warga negara Indonesia di atas usia 15 tahun menunjukkan gejala gangguan mental.

Acara dibuka oleh Ketua IPK Jatim - Dra. Astrid Wiratna, Psikolog

Usia kehamilan 10-24 minggu merupakan jendela singkat yang dapat dimanfaatkan untuk membantu Ibu hamil membangun faktor resiliensi (ketangguhan) yang akhirnya mencegah terjadinya depresi pasca melahirkan (baby blues syndrome). Kondisi depresi pasca melahirkan akan membatasi Ibu dalam memberikan stimulasi dan pengasuhan pada 1 tahun pertama perkembangan anak, sehingga anak memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami keterlambatan perkembangan.

Antenatal depression pada minggu ke 11-24 dan di atas minggu ke 25 meningkatkan kemungkinan depresi pasca melahirkan dan memiliki resiko kelahiran prematur. Faktanya, sebanyak 16-22.35% wanita Indonesia menujukkan gejala depresi pasca melahirkan. Oleh karena itu, penting bagi para Ibu hamil untuk meningkatkan kualitas resiliensinya selama masa kehamilan dan pasca melahirkan.

Materi lengkap dari pertemuan IPK tanggal 20 Mei 2015 dapat diunduh di sini.

Semoga bermanfaat! (CE)

Pelaksanaan Ericksonian Cooperative Hypnotherapy (ECH) Batch 2 – a 20-hour workshop (11 – 12 April 2015)

ECH merupakan sebuah teknik hipnoterapi yang diperkenalkan oleh Milton  Hyland Erickson. Di dalam prakteknya, banyak sekali nama yang digunakan untuk memperkenalkan hipnoterapi, seperti: teknik guided imagery, karena banyaknya kontra yang disampaikan pada teknik hipnoterapi. Pemahaman yang keliru akan hipnosis akan membawa sikap yang keliru pula terhadap hipnoterapi. Beberapa kalangan menganggap hipnoterapi tidak ilmiah, berbau magis (melibatkan makhluk halus), atau ilmu sihir.

Melalui ECH, psikolog dapat mengenal klien dengan lebih mendalam, sehingga psikolog dapat bekerjasama dengan klien sesuai dengan kebutuhan dan keunikannya. Pendekatan ini merupakan bentuk Client-Centered Therapy yang memberikan kritik terhadap pendekatan psikoterapi lama di AS pada masa Erickson, dimana psikolog lebih berfokus pada proses analisa dan diagnosa, sehingga kita kehilangan konten dari cerita yang disampaikan oleh klien. Pada masa itu, rentang sesi konseling adalah 7-59 kali pertemuan, dengan rata-rata pada angka 20 kali pertemuan. Namun, hasilnya tidak efektif, karena sebagian besar waktu dihabiskan oleh psikolog untuk menggali masalah klien.

Pemandu pelatihan ECH 2 - Drs. Asep Haerul Gani, Psikolog

Pemandu pelatihan ECH 2 – Drs. Asep Haerul Gani, Psikolog

Hipnoterapi konvensional menggunakan perintah dan pendekatan otoritarian, dimana psikolog harus memiliki kekuatan di atas klien. Perintah yang disampaikan bersifat tegas dan berulang, sehingga hanya sesuai dengan klien yang penurut, namun tidak dapat membantu banyak orang lain, terutama klien yang kritis dan memiliki harga diri yang tinggi. Kegagalan pembinaan ini disebabkan oleh banyak faktor, seperti: tidak adanya hubungan interpersonal antara psikolog dengan klien, dan psikolog bertujuan untuk menggali kelemahan dan ‘kecacatan’ klien. Akhirnya, kedua belah pihak menjadi frustasi karena mencapai kesimpulan bahwa klien tidak lagi dapat berubah.

Di sisi lain, dalam ECH, relasi antara psikolog dengan klien merupakan relasi yang bersifat partnership, dimana psikolog tidak harus menjadi figur yang lebih ahli dibandingkan dengan klien. Seluruh sugesti dalam ECH berasal dari klien sendiri, yang dikumpulkan oleh psikolog selama proses bersama dengan klien. Klien adalah pihak yang ahli dalam mengenali masalah yang dihadapinya dan klien mampu untuk menentukan arah psikoterapi. Peran psikolog adalah sebagai ‘supir taksi’ yang akan mengantar klien sesuai dengan tujuan yang sudah ditentukan oleh klien sendiri. Prinsip yang digunakan adalah keterampilan penggunaan bahasa, misalnya melalui storytelling, direct and indirect communication, teknik mengajukan pertanyaan dan pemilihan kata yang sesuai dengan situasi klien.

Pada pelatihan ini, seluruh peserta diberikan kesempatan untuk mempraktekkan ECH secara langsung pada klien yang telah diundang oleh panitia. Proses latihan ini memberikan manfaat bagi kedua belah pihak, dimana psikolog dapat mengaplikasikan pemahaman yang baru diperoleh, sedangkan klien memperoleh bantuan yang mereka perlukan dalam konteks permasalahan yang mereka hadapi.

WP_20150412_15_00_17_Pro

WP_20150412_16_45_43_Pro

Sebagai masukan bagi rekan sejawat yang belum berkesempatan untuk mengenal dan mempelajari ECH, berikut adalah testimoni dari peserta pelatihan ECH batch 1:

Dra. Dwi Redjeki Endang Haniwati, M. Si., Psikolog (anggota Majelis HIMPSI Jatim)

“Cukup berhasil dalam meningkatkan motivasi belajar klien, karena setelah menjalani sesi hypnotherapy, klien merasa bersemangat untuk belajar. Pada awalnya, nilai motivasi belajarnya 2, setelah mengikuti sesi ECH, nilainya menjadi 8. Demikian pula dalam kasus kesurupan, dimana pada awalnya klien memberikan nilai 3 untuk aspek keberanian. Setelah mengikuti sesi ECH, nilai keberaniannya meningkat menjadi 5. Hanya saja, dalam kasus anak yang tidak mau sekolah, masih belum berhasil. Namun, klien sudah mau untuk belajar.”

Deborah – Psikolog 

“Benar-benar mengubah paradigma mengenai hipnoterapi yang selama ini beredar di masyarakat. Sebagai psikolog, saya memiliki perspektif yang berbeda, dimana psikolog hanya berperan sebagai fasilitator, bukan lagi sebagai dewa. Proses  perubahan sepenuhnya menjadi tanggung jawab klien, sehingga mengurangi beban mental saya sebagai psikolog. Saya juga dapat memahami karakter klien secara lebih mendalam, sehingga respon yang saya berikan juga lebih sesuai. Saya menyarankan agar ECH dapat dimasukkan sebagai bagian dari kurikulum dalam pendidikan profesi, sehingga psikolog dapat lebih efektif dan efisien dalam memfasilitasi klien.”

Magdalena R. – Psikolog

“Pelatihan berisi materi dan aplikasi yang dipraktekkan langsung oleh Pak Asep, sangat padat dan aplikatif. Peserta mendapat kesempatan untuk mempelajari contoh-contoh kasus dari pengalaman Pak Asep yang memperkaya pemahaman saya. Peserta juga mendapat kesempatan untuk melakukan praktek langsung dengan klien yang diundang dalam sesi terapi. Saya mendapat banyak manfaat melalui pelatihan ini, yang dapat diterapkan langsung dalam memberikan layanan di lapangan.”

Sampai berjumpa di pelatihan-pelatihan IPK Jatim yang lainnya – untuk meningkatkan kualitas profesi kita dan memberikan lebih banyak bantuan bagi masyarakat luas.

Logosynthesis (Pertemuan IPK – 13/11/14)

Kehadiran dua pembicara tamu dari Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara Jakarta, Bapak Sandy Kartasasmita, M. Psi., Psikoterapis, Psi., CMHA., CBA dan Ibu Denrich Suryadi, M. Psi., Psi., CMHA., CBA., Cht., ESt, membawa inspirasi yang baru bagi peserta pertemuan IPK Jatim tanggal 13 November 2014. Mereka membawakan materi mengenai Logosynthesis, yaitu sebuah pendekatan yang inovatif dan komprehensif dalam proses pengembangan personal individu. Logosynthesis dapat diaplikasikan dalam konteks coaching, psikoterapi dan konseling. Pendekatan ini ditemukan oleh Willem Lammers, seorang psikolog dan psikoterapis di Swiss pada tahun 2005.

Bapak Sandy Kartasasmita

Bapak Sandy Kartasasmita

Setiap individu memiliki energi yang terkunci di dalam dirinya. Energi ini dapat berasal dari pengalaman di masa lalu, maupun dari masa depan. Pengalaman di masa lalu dapat berbentuk  negatif (seperti: pengalaman yang mengganggu dan trauma) dan pengalaman positif (nostalgia). Demikian pula dengan pengalaman di masa depan, mulai dari yang negatif (rasa takut dan kecemasan) hingga yang positif (impian dan harapan). Apabila individu membiarkan dirinya terikat di dalam rasa takut atau impian di masa depan, maka energi tersebut akan terkunci di dalam diri individu dan dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk.

Ibu Denrich Suryadi

Ibu Denrich Suryadi

Fantasi juga dapat menjadi penyebab terkuncinya energi di dalam diri individu. Demikian pula pengharapan yang tidak diikuti dengan tindakan nyata. Tujuan dari Logosynthesis adalah untuk mengeluarkan energi yang terkunci di dalam diri kita dengan mengembalikan energi tersebut pada tempat asalnya melalui serangkaian kata-kata yang telah diformulasikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (CE).

Pembicara dapat dihubungi melalui email:

Ibu Denrich: angiedenrich@yahoo.com

Bapak Sandy: seinama2003@yahoo.com

Silahkan mengunduh materi Logosynthesis di sini.

—-

Silahkan klik untuk memperoleh informasi mengenai pelatihan Logosynthesis atau contact.morphosa@yahoo.com

Finger Print sebagai Perangkat Asesmen untuk Anak Berkebutuhan Khusus (Pertemuan IPK 16/04/2014)

image

Pertemuan IPK Jatim tanggal 16 April 2014 berhasil memecahkan rekor kehadiran, dimana yang terdaftar adalah sebanyak 70 peserta, termasuk Dr Dharmawan, SpKJ sebagai perwakilan dari PDSKJI. Pembicara pada pertemuan hari ini adalah Maria Farida, S. Psi., Psikolog – pemilik Baby Smile School Surabaya dan telah melaksanakan tes finger print pada lebih dari 500 orang, dari usia anak hingga dewasa.

image

Di antara para psikolog sendiri masih terdapat banyak kontroversi dalam aplikasi tes finger print. Pertanyaan yang terutama seringkali terkait dengan validitas hasil tes dan keberadaan tes finger print di dalam ranah keilmuan. Pembicara menyampaikan bahwa tes finger print merupakan gabungan dari beberapa ilmu, yaitu neuroscience, dermatoglyph dan multiple intelligences (Howard Gardner). Hasil dari tes finger print dapat menghasilkan pemahaman akan bagian otak yang berpengaruh, tipe kepribadian individual, gaya belajar dan bekerja, serta bakat individu.

image

Hasil dari tes finger print bukanlah sebuah ramalan, namun bukan pula alat ukur yang 100% dapat dijadikan patokan. Mengapa? Karena sebagai psikolog, kita perlu melengkapi hasil tes finger print dengan wawancara dan observasi. Setiap hasil tes finger print harus diikuti dengan konsultasi hasil dengan psikolog. Tujuannya adalah untuk menghindari proses labeling dan menentukan strategi yang tepat bagi anak.

image

Perlu diingat bahwa tes finger print hanya mengukur potensi anak, bukan intelegensi dan bukan merupakan suatu patokan yang tidak fleksibel. Sebagai contoh: seorang guru piano yang ternyata hasil tes finger print menunjukkan kemampuan musikal yang biasa saja. Hal ini dapat terjadi karena individu yang bersangkutan memiliki passion yang besar akan musik dan merupakan hasil adaptasi dengan lingkungan (CE).

Untuk keterangan lebih lanjut dapat menghubungi pembicara:
Baby Smile School
Jln. Kertajaya Indah Timur VI/2
Surabaya
(031) 7058 6969
Email: babysmileschool2000@gmail.com

SIlahkan mengunduh materi Finger Print Tes

Sosialisasi Draft Surat Keterangan Sehat Psikologis (Pertemuan IPK – 12/03/14)

Pertemuan anggota IPK Jatim yang dilakukan pada tanggal 12 Maret 2014 membahas mengenai draft penyusunan Surat Keterangan Sehat oleh Psikolog. Ide ini terlahir dari kebutuhan pada psikolog klinis yang bekerja di setting Rumah Sakit dan bekerjasama dengan para dokter spesialis. Selain itu, ide ini terlahir untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan pernyataan sehat secara psikologis untuk berbagai kebutuhan (contoh: kelengkapan pengurusan SIM B, kebutuhan untuk melamar pekerjaan atau melanjutkan pendidikan).

IMG_20140312_164106[1]

Sosialisasi draft surat kesehatan psikologis disampaikan oleh Ketua IPK Jatim, Dra. Astrid Regina Sapiie Wiratna, Psikolog. Beliau menyampaikan bahwa sosialisasi ini merupakan hasil diskusi yang berlangsung di Yogyakarta bersama dengan Ketua IPK Pusat,  Dr. Indria Laksmi Gamayanti, M.Si, Psikolog. Diharapkan para psikolog klinis di kawasan Jawa Timur dapat menjadi pioneer untuk memberikan surat kesehatan secara psikologis bagi masyarakat umum. Masa percobaan yang disepakati adalah selama 6 bulan ke depan, dan akan dilakukan review bersama pada bulan September 2014.

IMG_20140312_170128

Bagi para psikolog klinis di Jawa Timur yang berkenan untuk turut serta melakukan sosialisasi draft surat kesehatan psikologis, dapat menghubungi Dra. Astrid Regina Sapiie Wiratna, Psi di email: astridwiratna@yahoo.com atau di email IPK Jatim ipk.jatim@yahoo.com. Semoga profesi kita dapat berkembang pesat dan terarah untuk menjawab kebutuhan masyarakat, tanpa melupakan pijakan pada kode etik profesi kita. (CE)

SIlahkan mengunduh SOP Pelayanan Psikologis Pemeriksaan Kesehatan Jiwa dan Potensial Fungsional Psikologis