Berikut adalah materi yang akan disampaikan oleh Bapak Simon S. Psi., M. Psi., PhD pada hari Rabu, 4 Februari 2015:
Semoga bermanfaat! (CE).
Foto kegiatan PCP:
Berikut adalah materi yang akan disampaikan oleh Bapak Simon S. Psi., M. Psi., PhD pada hari Rabu, 4 Februari 2015:
Semoga bermanfaat! (CE).
Foto kegiatan PCP:
Dalam pertemuan IPK bulan Februari, ketiga pembicara, yaitu Muryantinah Mulyo Handayani, Pramesti Pradna Paramita dan Margaretha, membahas mengenai perkembangan terkini dari Autism Spectrum Disorder berdasarkan pengalaman magang mereka selama 6 minggu di Autism Association of Western Australia (AAWA), Perth, Australia. Salah satu hal penting yang mereka sampaikan adalah pentingnya melakukan observasi yang mendalam sebelum memberikan diagnosa ASD. Di AAWA, diagnosa ASD dapat diberikan apabila terdapat kesepakatan antara dokter anak, psikolog dan speech and language therapist. Waktu observasi dilakukan secara beragam sesuai dengan kondisi ini, bahkan hingga mencapai waktu 1 tahun.
Untuk lebih memahami perkembangan terkini, silahkan mengunduh materi di sini.
Tahun 2014 ditutup dengan sebuah bencana Nasional dimana pesawat Air Asia QZ8501 dikabarkan hilang dan ditemukan jatuh dengan membawa 162 penumpang. Waktu yang seharusnya menjadi waktu untuk berlibur bersama keluarga, berubah menjadi suasana yang penuh duka dan kehilangan. Di tengah segala kepanikan dan kesedihan, HIMPSI melakukan sebuah gerakan yang luar biasa, dimana peran psikolog menjadi sangat penting dalam proses pendampingan keluarga korban. Namun, proses pendampingan dalam sebuah situasi bencana bukanlah sebuah hal mudah. Oleh karena itu para psikolog perlu mendapatkan pembekalan yang komprehensif.
Pertemuan IPK pada tanggal 14 Januari 2015 membahas mengenai Pelayanan Psikologi dalam Siklus Bencana yang dibawakan oleh Tri Iswardani dan Wahyu Cahyono dari Pusat Krisis Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Materi dapat diunduh di sini.
Sebagai penutup tahun 2014, pertemuan bulanan IPK Jatim membahas mengenai oleh-oleh pertemuan Akeswari III dengan tema “Mental Health Well-Being for Children, Parents, and Family” (Optimalisasi Kesehatan Jiwa Anak, Orangtua, dan Keluarga)” di Bandung, 20-22 November 2014 yang disampaikan oleh Cicilia Evi GradDiplSc., M. Psi. Dalam pertemuan ini, pembicara lebih banyak membagikan informasi dan berbagai update yang diperolehnya selama pertemuan Akeswari III berlangsung. Salah satu penekanan penting yang disampaikan adalah pentingnya psikoedukasi yang dilakukan oleh psikolog kepada masyarakat umum mengenai berbagai isu dan permasalahan yang sedang terjadi. Peran psikolog sangatlah penting, meskipun belum seluruh lapisan masyarakat dapat memahami peran dan fungsi psikolog secara tepat.
Para peserta pertemuan turut membagikan pengalaman mereka, dimana dalam kesehariannya, mereka juga berperan aktif dalam berbagai kegiatan psikoedukasi di masyarakat. Banyaknya kegiatan yang telah dilakukan oleh para psikolog belum diimbangi dengan koordinasi internal yang kuat, sehingga psikoedukasi yang dilakukan lebih bersifat mandiri. Diharapkan di masa mendatang, koordinasi antar psikolog dapat diperkuat, sehingga gerakan psikoedukasi bagi masyarakat dapat lebih terkoordinasi (CE).
Berikut adalah beberapa materi dari pertemuan Akeswari III:
Seminar Umum mengenai Kekerasan Seksual pada Anak
Play Therapy untuk ADHD
Kehadiran dua pembicara tamu dari Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara Jakarta, Bapak Sandy Kartasasmita, M. Psi., Psikoterapis, Psi., CMHA., CBA dan Ibu Denrich Suryadi, M. Psi., Psi., CMHA., CBA., Cht., ESt, membawa inspirasi yang baru bagi peserta pertemuan IPK Jatim tanggal 13 November 2014. Mereka membawakan materi mengenai Logosynthesis, yaitu sebuah pendekatan yang inovatif dan komprehensif dalam proses pengembangan personal individu. Logosynthesis dapat diaplikasikan dalam konteks coaching, psikoterapi dan konseling. Pendekatan ini ditemukan oleh Willem Lammers, seorang psikolog dan psikoterapis di Swiss pada tahun 2005.
Setiap individu memiliki energi yang terkunci di dalam dirinya. Energi ini dapat berasal dari pengalaman di masa lalu, maupun dari masa depan. Pengalaman di masa lalu dapat berbentuk negatif (seperti: pengalaman yang mengganggu dan trauma) dan pengalaman positif (nostalgia). Demikian pula dengan pengalaman di masa depan, mulai dari yang negatif (rasa takut dan kecemasan) hingga yang positif (impian dan harapan). Apabila individu membiarkan dirinya terikat di dalam rasa takut atau impian di masa depan, maka energi tersebut akan terkunci di dalam diri individu dan dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk.
Fantasi juga dapat menjadi penyebab terkuncinya energi di dalam diri individu. Demikian pula pengharapan yang tidak diikuti dengan tindakan nyata. Tujuan dari Logosynthesis adalah untuk mengeluarkan energi yang terkunci di dalam diri kita dengan mengembalikan energi tersebut pada tempat asalnya melalui serangkaian kata-kata yang telah diformulasikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (CE).
Pembicara dapat dihubungi melalui email:
Ibu Denrich: angiedenrich@yahoo.com
Bapak Sandy: seinama2003@yahoo.com
Silahkan mengunduh materi Logosynthesis di sini.
—-
Silahkan klik untuk memperoleh informasi mengenai pelatihan Logosynthesis atau contact.morphosa@yahoo.com
Pertemuan IPK tanggal 11 Juni 2014 memilih tema Psikofarmakoterapi yang disampaikan oleh dr. Ign. Dharmawan, SpKJ. Tujuan yang utama dari pemilihan topik ini adalah untuk memberikan pemahaman yang benar bagi para psikolog klinis terkait prosedur farmakoterapi, berbagai mitos yang diyakini oleh klien serta kerjasama yang dapat dibina antara profesi psikiater dengan psikolog.
Pembicara menyampaikan bahwa pasien pada umumnya mengalami ketakutan untuk mengkonsumsi obat antipsikotik karena takut akan mengalami ketergantungan. Pemahaman yang kurang tepat ini membawa pasien pada situasi yang tidak nyaman. Kondisi ketergantungan sebenarnya dialami oleh jutaan orang di dunia, terutama mereka yang didiagnosa dengan hipertensi, diabetes, thalassemia atau epilepsi. Dalam konteks klinis, pasien yang mengalami serangan panik seharusnya dibantu dengan farmakoterapi untuk kembali mencapai titik seimbang. Kondisi ini yang kemudian diartikan sebagai ketergantungan. Penting bagi psikolog dan psikiater untuk memberikan pemahaman yang benar mengenai ketergantungan terhadap obat antipsikotik.
Kondisi yang perlu diwaspadai adalah adiksi atau kecanduan. Kondisi ini menggambarkan adanya efek toleransi yang dialami pasien pada dosis obat. Semakin lama dosisnya akan terus meningkat supaya pasien dapat memperoleh efek yang sama.
Pertemuan yang berlangsung selama 2 jam ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dasar bagi para psikolog klinis mengenai psikofarmakoterapi yang membawa manfaat bagi klien (CE).
Dr. Ign. Dharmawan, SpKJ dapat dihubungi melalui +62811337476
Silahkan mengunduh materi Psikofarmakoterapi.
Materi pertemuan IPK tanggal 4 Agustus 2013 – Teknik Bersyukur ala Psikologi oleh Bu Hartanti dari Fakultas Psikologi Ubaya, Surabaya.