Pertemuan IPK Jatim tanggal 16 April 2014 berhasil memecahkan rekor kehadiran, dimana yang terdaftar adalah sebanyak 70 peserta, termasuk Dr Dharmawan, SpKJ sebagai perwakilan dari PDSKJI. Pembicara pada pertemuan hari ini adalah Maria Farida, S. Psi., Psikolog – pemilik Baby Smile School Surabaya dan telah melaksanakan tes finger print pada lebih dari 500 orang, dari usia anak hingga dewasa.
Di antara para psikolog sendiri masih terdapat banyak kontroversi dalam aplikasi tes finger print. Pertanyaan yang terutama seringkali terkait dengan validitas hasil tes dan keberadaan tes finger print di dalam ranah keilmuan. Pembicara menyampaikan bahwa tes finger print merupakan gabungan dari beberapa ilmu, yaitu neuroscience, dermatoglyph dan multiple intelligences (Howard Gardner). Hasil dari tes finger print dapat menghasilkan pemahaman akan bagian otak yang berpengaruh, tipe kepribadian individual, gaya belajar dan bekerja, serta bakat individu.
Hasil dari tes finger print bukanlah sebuah ramalan, namun bukan pula alat ukur yang 100% dapat dijadikan patokan. Mengapa? Karena sebagai psikolog, kita perlu melengkapi hasil tes finger print dengan wawancara dan observasi. Setiap hasil tes finger print harus diikuti dengan konsultasi hasil dengan psikolog. Tujuannya adalah untuk menghindari proses labeling dan menentukan strategi yang tepat bagi anak.
Perlu diingat bahwa tes finger print hanya mengukur potensi anak, bukan intelegensi dan bukan merupakan suatu patokan yang tidak fleksibel. Sebagai contoh: seorang guru piano yang ternyata hasil tes finger print menunjukkan kemampuan musikal yang biasa saja. Hal ini dapat terjadi karena individu yang bersangkutan memiliki passion yang besar akan musik dan merupakan hasil adaptasi dengan lingkunganĀ (CE).
Untuk keterangan lebih lanjut dapat menghubungi pembicara:
Baby Smile School
Jln. Kertajaya Indah Timur VI/2
Surabaya
(031) 7058 6969
Email: babysmileschool2000@gmail.com
SIlahkan mengunduh materiĀ Finger Print Tes